Beranda | Artikel
Ilmu Adalah Panutan Amal
Kamis, 24 September 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Ilmu Adalah Panutan Amal adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 6 Shafar 1442 H / 24 September 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Ilmu Adalah Panutan Amal

Saat ini kita ada di pembahasan segi ke-58 tentang keutamaan ilmu, yaitu العلم إمام العمل (ilmu adalah imam atau panutan dari amal). Pembahasan halaman 92 pada kitab العلم : فضله وشرفه).

Amal harus mengikuti ilmu, supaya amal tersebut benar-benar amal yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa sesungguhnya ilmu adalah imam bagi amal, penuntun amal, sedangkan amal adalah pengikut ilmu dan bermakmum kepadanya. Semua amal yang tidak mengikuti dibelakang ilmu, maka amal tersebut tidak bermanfaat bagi orang yang melakukannya bahkan menjadi malapetaka bagi dirinya. Sebagaimana ucapan ulama salaf salah, salah seorang ulama salaf berkata:

من عبد الله بغير علم كان ما يفسد أكثر مما يصلح

“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak daripada kebaikan yang diharapkan.”

Keburukan yang terjadi lebih banyak daripada kebaikan yang diharapkan. Amal-amal yang tidak didukung dengan ilmu maksudnya adalah tanpa dalil. Orang semangat melakukannya, orang menyangka itu kebaikan, ternyata itu adalah kerusakan karena tidak dibimbing dengan ilmu, dia hanya mengikuti perasaan, hanya mengikuti hawa nafsunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an:

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ

Seandainya kebenaran itu harus mengikuti hawa nafsu manusia, maka akan rusak dan binasa langit-langit, bumi dan semua makhluk yang ada di dalamnya.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 71)

Inilah amal yang dilakukan tanpa ilmu. Sudah kita pernah contohkan berkali-kali, orang-orang khawarij (pemberontak di dalam Islam), mereka melakukan kerusakan, membunuh nyawa yang tidak berdosa, bahkan membunuh kaum muslim, itu alasannya adalah untuk mengamalkan jihad katanya. Ternyata jihad mereka tidak sesuai dengan ilmu, mereka salah menempatkan amalan yang agung ini. Tentu mereka tidak akan mengamalkannya dengan benar. Imam Malik bin Anas pernah mengatakan:

إن اقواما ابتغوا العبادة، وأضاعوا العلم فخرجوا على أمة محمد بأسيافهم ولو ابتغوا العلم لحجزهم عن ذلك

“Sesungguhnya ada orang-orang yang semangat ingin beramal, tapi mereka meremehkan, tidak mau belajar ilmu agama, akhirnya mereka keluar memerangi umatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, membunuh umat Islam sendiri dengan pedang-pedang mereka. Seandainya mereka mau menuntut ilmu maka ilmu akan mencegah mereka dari perbuatan tersebut.”

Ini kerusakan yang timbul. Oleh karena itu banyak terjadi kerusakan-kerusakan, orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan merusak yang jelas-jelas Islam tidak mungkin meridhainya, tapi kemudian mereka atasnamakan sebagai jihad, ini untuk mencegah kemungkaran, atau hal-hal yang kelihatannya merupakan amalan yang tinggi dalam Islam, padahal apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan ilmu, maka seperti kata salah seorang ulama salaf ini: “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkannya lebih banyak daripada kebaikan yang diharapkan.”

Kata Ibnul Qayyim selanjutnya, bahwa amal-amal dalam Islam yang menjadikannya bertingkat-tingkat dari segi ditolak atau diterimanya amal tersebut adalah sesuai dengan kecocokan amal tersebut dengan ilmu atau ketidakcocokannya.

Maka amal yang sesuai dengan ilmu inilah yang diterima, sedangkan yang tidak sesuai dengan ilmu maka inilah yang tertolak. Oleh karena itu sangat keliru kalau sebagian orang memandang penampilan orang lain hanya dari banyaknya melakukan ibadah atau hanya mendengarkan berita bahwa dia rajin beribadah. Sekarang rajin beribadah itu ibadah apa yang dia lakukan? Dalam Al-Qur’an disebut tentang orang-orang terdaulu ada yang:

امِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ﴿٣﴾ تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً ﴿٤﴾

Ada seorang yang beramal berpayah-payah tapi kemudian dia masuk neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Ghasiyah[88]: 3-4)

Menurut salah satu penafsiran dari ayat ini, yaitu dia mengamalkan amal yang tidak sesuai dengan syariat Allah. Sudah susah dia amalkan, berpayah-payah dia kerjakan, tapi karena tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka balasannya dia masuk neraka yang menyala-nyala. Na’udzubillahi min dzalik.

Ini amal-amal yang tidak di ridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, hal ini karena dia tidak tahu dalilnya beramal. Ada sekarang orang yang ketika dia suka sesuatu maka dia kerjakan. Memang perasaannya sudah cenderung dengan amal tersebut, maka dia semangat, dia tambah, dia lakukan, tidak peduli apakah amal tersebut ada sumbernya dari petunjuk Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih.

Sekarang apa gunanya Al-Qur’an dijadikan sebagai petunjuk kita dalam beribadah kepada Allah? Apa gunanya diutus Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjelaskan sebaik-baik petunjuk yang beliau bawa dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala kalau kemudian orang bisa beramal sesuai dengan keinginannya sendiri?

Jadi, nasib amal-amal tanpa ilmu itu tolak, tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dia mengerjakan sesuatu yang tidak sesuai dengan ridha Allah, berarti ini adalah amalan yang buruk, maka bukan hanya sekedar tertolak, tapi mendapatkan balasan yang buruk, yakni seperti yang disebutkan di ayat tadi. Dia justru masuk ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian Tentang Ilmu Adalah Panutan Amal

Download mp3 kajian yang lain di mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49094-ilmu-adalah-panutan-amal/